Rabu, 21 April 2021

PERINGATAN HARI KARTINI

 


Haloo temen-temen !

Selamat datang kembali nih di Blog Pengurus OSIS SMK NEGERI 1 REMBANG !

Pada bulan April ini kita kembali lagi dengan acara Peringatan Hari Kartini nih, lagi lagi semua event yang awalnya dilaksanakan secara offline pada kali ini event Hari Kartini-pun harus diadakan secara online karena belum meredanya pandemi covid-19. Jikalau pada tahun-tahun kemarin Hari Kartini diperingati di Sekolah secara tatap muka dengan upacara dan beradandan ala-ala Kartini dengan riasan, dan laki-laki dengan pakaian khas Indonesia yaitu batik, maka pada tahun ini kegiatannya akan jauh berbeda. Bukan menjadi hal baru lagi untuk kami para Pengurus OSIS SMK NEGERI 1 REMBANG yang harus membuat event Hari Kartini tetap meriah dan semua warga SMK NEGERI 1 REMBANG dapat ikut berpartisipasi dalam peringatan Hari Kartini tahun ini.

Bertepatan pada tanggal 21 April 2021, untuk memeriyahkan Peringatan Hari Kartini maka Pengurus OSIS SMK NEGERI 1 REMBANG membuat sebuah video tentang “Kartini Masa Kini”. Sedikit spoiler bahwa dalam video tersebut ada sebuah sesi yang merupakan bagian utama dari video yang berdurasi lebih dari 7 menit tersebut, yaitu sesi “Bincang-Bincang Perempuan”. Dalam sesi ini beberapa perempuan akan disuguhi beberapa pertanyaan seputar sosok RA Kartini dan Kartini masa kini.

Jikalau kalian membaca sampai bagian ini berarti Selamat kalian telah masuk pada bagian edukasi, hehe. Jadi, siapa sosok RA Kartini itu ? Sudah tidak asing pastinya dengan nama Raden Ajeng Kartini kan ?

Raden Ajeng Kartini adalah seorang perempuan kelshiran Jepara, 21 April 1879. Beliau adalah seorang tokoh Jawa dan pahlawan Nasional, dikenal sebagai pelopor kebangkitan wanita pribumi Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Namun, setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Oleh orang tuanya, Kartini dijodohkan dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Berkat kegigihan Kartini, belakangan didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di SurabayaYogyakartaMalangMadiunCirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Meski tidak sempat berbuat banyak untuk kemajuan bangsa dan tanah air, Kartini mengemukakan ide-ide pembaruan masyarakat yang melampaui zamannya melalui surat-suratnya yang bersejarah.

Cita-citanya yang tinggi dituangkan dalam surat-suratnya kepada kenalan dan sahabatnya orang Belanda di luar negeri, seperti Tuan EC Abendanon, Ny MCE Ovink-Soer, Zeehandelaar, Prof Dr GK Anton dan Ny Tuan HH von Kol, dan Ny HG de Booij-Boissevain. Surat-surat Kartini diterbitkan di negeri Belanda pada 1911 oleh Mr JH Abendanon dengan judul Door Duisternis tot Licht. Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh sastrawan pujangga baru Armjn Pane pada 1922 dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

(dikutip dari  https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini).