Haloo temen-temen !
Selamat datang kembali nih di Blog Pengurus OSIS SMK NEGERI 1
REMBANG !
Pada bulan April ini kita kembali lagi dengan acara Peringatan
Hari Kartini nih, lagi lagi semua event yang awalnya dilaksanakan secara
offline pada kali ini event Hari Kartini-pun harus diadakan secara online
karena belum meredanya pandemi covid-19. Jikalau pada tahun-tahun kemarin Hari
Kartini diperingati di Sekolah secara tatap muka dengan upacara dan beradandan
ala-ala Kartini dengan riasan, dan laki-laki dengan pakaian khas Indonesia
yaitu batik, maka pada tahun ini kegiatannya akan jauh berbeda. Bukan menjadi
hal baru lagi untuk kami para Pengurus OSIS SMK NEGERI 1 REMBANG yang harus
membuat event Hari Kartini tetap meriah dan semua warga SMK NEGERI 1 REMBANG
dapat ikut berpartisipasi dalam peringatan Hari Kartini tahun ini.
Bertepatan pada tanggal 21 April 2021, untuk memeriyahkan Peringatan
Hari Kartini maka Pengurus OSIS SMK NEGERI 1 REMBANG membuat sebuah video
tentang “Kartini Masa Kini”. Sedikit spoiler bahwa dalam video tersebut ada
sebuah sesi yang merupakan bagian utama dari video yang berdurasi lebih dari 7
menit tersebut, yaitu sesi “Bincang-Bincang Perempuan”. Dalam sesi ini beberapa
perempuan akan disuguhi beberapa pertanyaan seputar sosok RA Kartini dan
Kartini masa kini.
Jikalau kalian membaca sampai bagian ini berarti Selamat kalian
telah masuk pada bagian edukasi, hehe. Jadi, siapa sosok RA Kartini itu ? Sudah
tidak asing pastinya dengan nama Raden Ajeng Kartini kan ?
Raden Ajeng Kartini adalah seorang perempuan kelshiran Jepara, 21
April 1879. Beliau adalah seorang tokoh Jawa dan pahlawan Nasional, dikenal
sebagai pelopor kebangkitan wanita pribumi Kartini adalah anak ke-5 dari 11
bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah
anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat
bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai
salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya. Kakak
Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam
bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS). Di
sini antara lain Kartini belajar bahasa
Belanda. Namun, setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah
karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa
berbahasa Belanda, di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada
teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda.
Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang
banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik
pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan
perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status
sosial yang rendah.
Oleh orang tuanya, Kartini dijodohkan dengan
bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah
pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903.
Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung
mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor
kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Berkat kegigihan Kartini, belakangan didirikan Sekolah Wanita
oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian
di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan
daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini".
Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer,
seorang tokoh Politik Etis.
Meski tidak sempat
berbuat banyak untuk kemajuan bangsa dan tanah air, Kartini mengemukakan
ide-ide pembaruan masyarakat yang melampaui zamannya melalui surat-suratnya
yang bersejarah.
Cita-citanya yang
tinggi dituangkan dalam surat-suratnya kepada kenalan dan sahabatnya orang
Belanda di luar negeri, seperti Tuan EC Abendanon, Ny MCE Ovink-Soer,
Zeehandelaar, Prof Dr GK Anton dan Ny Tuan HH von Kol, dan Ny HG de
Booij-Boissevain. Surat-surat Kartini diterbitkan di negeri Belanda pada 1911
oleh Mr JH Abendanon dengan judul Door Duisternis tot Licht. Diterjemahkan ke
bahasa Indonesia oleh sastrawan pujangga baru Armjn Pane pada 1922 dengan judul
Habis Gelap Terbitlah Terang.
(dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini).